Kategori: Berita

Pentingnya Menuntut Ilmu

Salah satu bentuk ibadah adalah tekun menuntut ilmu. Islam akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Begitu pentingnya ilmu dalam Islam hingga diperitahkan melalui Al-Qurán maupun hadits. “Dalam Islam juga tidak boleh mendikotomikan ilmu. Semua ilmu saling berhubungan dan tentunya semuanya kembali pada kitab Allah.

Dalam satu hadis riwayat Ibnu Majah, menuntut ilmu hukumnya ada yang mengatakan fardhu ain dan fardhu kifayah. Fardhu ain adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim untuk mengerjakannya. Sedangkan fardhu kifayah apabilah salah satu sudah mengerjakan maka gugur kewajibannya bagi yang lain.

Ia juga menambahkan, kunci keberhasilan adalah dengan dengan ilmu. “Barangsiapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia wajib lah memiliki ilmunya, dan barang siapa ingin selamat dan berbahagia di akirat wajib lah ia memilikiilmunya pula dan barang siapa ingin keduanya wajib lah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”, tegasnya.

Allah SWT juga tidak menyuruh seluruh umat muslim berjihad di jalan perang. Jalan lain berjihad dapat dilakukan dengan cara lain selain perang yakni menuntut ilmu. Ilmu tidak hanya dibiarkan begitu saja melainkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Falsafah ilmu dalam Islam terbagi menjadi tiga bagian yakni mempelajari, mengamalkan, dan mengajarkan.
Mempelajari seperti yang telah dibahas sebelumnya hukumnya adalah Fardhu bagi setiap muslim. Mengamalkan juga harus dilakukan karena ilmu yang tidak diamalkan adalah ibarat pohon yang tanpa buah. Ilmu yang sudah dipelajari akan sia-sia dan tidak ada gunanya.

Setelah mengamalkan disempurnakan dengan mengajarkan ilmu kepada orang lain. Tujuannya agar dapat membedakan yang benar dan salah dalam kehidupan karena ilmu hakikatnya adalah kebenaran.

Ayo gabung bersama TKIT - SDIT - SMPIT ADZKIA SUMBAR
PPDB Tahun Ajaran 2022/2023
Narahubung:
0852 6377 0188 (Humas Adzkia Sumbar)
===========================

Adzkia Buka Pendaftaran Peserta Didik Baru Tahun Ajaran 2022/2023

Tahun ajaran baru di depan mata. Orang tua yang ingin pendidikan terbaik untuk anak-anaknya, Adzkia menjadi pilihan yang tepat. Adzkia sudah membuka pendaftaran peserta didik baru untuk tahun ajaran 2022/2023.

Ketua PPDB Adzkia, Ronika Putra, Senin (1/11) menyebutkan, pandaftaran peserta didik baru terbuka untuk tingkat layanan pendidikan TK-SDIT dan SMPIT. PPDB dilaksanakan secara online untuk seluruh pendaftaran, baik yang ada di Kota Padang, Bukittinggi maupun Payakumbuh.

Ronika mengurai, sekolah-sekolah Adzkia yang akan melakukan penerimaan peserta didik baru adalah TKIT  yang ada di Kota Padang, yaitu TKIT Adzkia 1 yang beralamat di Jati, TKIT Adzkia 2 Pasir Putih, TKIT Adzkia 3 Kuranji, TKIT adzkia 4 di Padang Pasir, dan TKIT Adzkia 5 beralamat di Palimo Pauh. Sedangkan TKIT yang ada di Bukittinggi dan Payakimbuh, yaitu TKIT Adzkia Bukittinggi yang beralamat di Jalan Hamka Bukittinggi dan TKIT Adzkia Payakumbuh yang beralamat di Jalan Hasanuddin Ibuh Payakumbuh.

Penerimaan peserta didik baru untuk tingkat SD, yaitu SDIT Adzkia 1 dan 2 berlokasi di Kuranji Padang, SDIT Adzkia 3 di Belanti dan SDIT Adzkia 4 Bukittinggi beralamat di Jalan Hamka Bukittinggi yang satu komplek dengan TKIT Adzkia Bukittinggi. Sedangkan untuk tingkat SMP, penerimaan peserta didik baru mulai di SMPIT Adzkia yang beralamat di Kuranji Padang.

Ronika Putra menyebutkan, PPDB tahun ini merupakan tahun ke-4 Adzkia melaksanakan PPDB secara online, baik pendaftaran maupun pembayaran uang pendaftaran dan biaya-biaya lainnya. “Ini merupakan komitmen kami dari Adzkia untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk memudahkan walimurid untuk melakukan pendaftaran sekolah  putra-putri tercintanya,” ujar Ronika.

Pendaftaran menurut Ronika dimulai tanggal 2 November 2021 untuk tingkat TK dan SD, baik internal maupun eksternal Adzkia. Sedangkan, untuk pendaftaran SMPIT Adzkia berlaku internal, yaitu calon peserta didik dari SDIT Adzkia. Pendaftaran tambahan direncanakan bulan Desember jika kuota masih tersedia.

Adzkia membuka pendaftaran peserta didik baru selalu lebih awal. Hal itu menurut Ronika karena begitu banyak peminat untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah ini. Karena itu, Ronika mengimbau untuk calon peserta didik baru segera mendaftarkan. Bagi yang mau mendaftar cukup melalui link.  https://ppdb.adzkiasumbar.or.id. “Insya Allah, kita akan melaksanakan launching secara virtual,” tambah Ronika.*

Mencitai Nabi (kenapa dan Bagimana?)

Tatsqif Guru/Dosen dan Pegawai Yayasan Adzkia Sumatera Barat.

"Melihatkan cinta kepada Rasulullah SAW merupakan bagian dari keimanan"

Kenapa harus mencintai Rasulullah?
1. Mencintai nabi Muhammad SAW merupakan bagian penting dari beriman kepada Rasul. 
Nabi SAW Penah Bersabada yang Artinya “Tidak sempurna iman seseorang sebelum dia mencintai Allah dan rasulnya lebih dari yang lain”.  Ada 3 golongan yang akan merasakan nikmatnya iman salah satunya Mencinta Rasullullah SAW.

2. Diakhirat seseorang akan dibangkitkan bersama orang-orang  yang dicintainya. Ada Hadis yang  artinya:  seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya. (HR Al-Bukhari dan Imam Muslim). Orang-orang yang mencintai Rasulullah SAW akan berkumpul dengan Rasulullah SAW  di akhirat (Great opportunity to meet Rasulullah SAW).
Adapun Orangorang  yang akan berjumpa dengan Rasulullah diantaranya adalah: orang yang jujur,syuhada’ ,orang-orang yang Sholeh, sebaik baiknya pendamping/teman kebaikan.

3. Rasulullah SAW  merupakan hadiah terbaik yang  Allah kirim untuk manusia. 
Q. S Ali Imran : 164
Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah) mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Bagaimana mencintai Rasulullah?
1. Mempelajari Sirah Nabawiyah
2. Mentaati Rasulullah SAW
3. Harus memiliki rasa cemburu jika Rasulullah dihinakan/ direndahkan.
4. Selalu ingat kepada Rasulullah SAWdan berharap bertemu Rasulullah S.A.W
5. Mencintai orang-orang yg Rasulullah cintai
6. Berusaha berakhlak seperti Rasulullah SAW.

Ringkasan tastqif Guru, Dosen dan Pegawai YASB

Minat Baca Vs Daya Baca

-Dian Martiani*-

 

Tulisan ini terinspirasi dari diskusi saya dengan seorang guru Fisika SMA senior jebolan kampus ITB.  Beliau kerap mengomentari tulisan saya, sembari mendiskusikan point-point penting isinya menurut ulasan beliau.  Kebiasaan yang selalu saya apresiasi, karena jarang-jarang ada yang memberi feedback serius terhadap tulisan saya yang dimuat sebagai opini dibeberapa media cetak maupun on line.

Saya bertanya, mengapa beliau suka sekali membaca.  Rupanya kebiasaan ini sudah tertanam sejak kecil.  Orang tuanya sering kali meminta beliau membaca koran langganan keluarga, kemudian diminta mengambil intisari dari berita yang dibacanya, lalu menceritakannya.  Sudah bisa ditebak berapa rentang usia beliau, karena beliau hidup dizaman Koran/Media Cetak masih populer sebagai sumber media, selain radio dan televisi.  Namun budaya literasi (membaca)nya membuat kita kagum. 

Budaya membaca didalam keluarga, yang diterapkan sejak dini, ternyata mampu menjadikan budaya ini tertanam hingga usia beliau hampir memasuki pensiun.  Semangat membacanya bahkan mengalahkan anak muda.  Judul tulisan ini, terinspirasi dari perkataan beliau, bahwa boleh jadi minat baca kebanyakan generasi muda saat ini tinggi, namun daya bacanya rendah.  Sebuah pernyataan yang menggelitik naluri menulis saya.

Laman Perpusnas. goid menyebutkan definisi minat adalah dorongan hati yang tinggi untuk melakukan sesuatu, maka "minat baca" adalah dorongan dari hati yang tinggi untuk membaca. Minat baca masyarakat Indonesia, baik generasi muda maupun yang sudah berusia lanjut, dinilai masih signifikan. Minat baca yang dimaksud baru seputar membaca ringan, membaca media sosial, dan membaca gambar/video.  Saat ini, orang lebih suka asyik sendiri dengan gadgetnya ketimbang bercengkrama dengan orang disekitarnya. 

Laman KemenKominfo RI menyebutkan sebuah fakta bahwa ada 60 juta penduduk Indonesia memiliki gadget (urutan kelima dunia terbanyak kepemilikan gadget). Lembaga riset digital marketing Emarketer menyatakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Indonesia menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika.

Minat baca seperti ini belum dikategorikan minat baca yang dimaksud secara lazim.  UNESCO menyebutkan Indeks Literasi Indonesia sangat rendah , artinya minat baca orang Indonesia sangat rendah, hanya 0,001%.  Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!.  Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, menyatakan Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara.

Ironisnya, meski minat baca buku rendah tapi data wearesocial per Januari 2017 mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Tidak heran dalam hal kecerewetan di media sosial orang Indonesia berada di urutan ke 5 dunia. Jakarta lah kota paling cerewet di dunia maya melebihi Tokyo dan New York. Laporan ini berdasarkan hasil riset Semiocast, sebuah lembaga independen di Paris.

Salah satu yang menakjubkan, Warga Jakarta tercatat paling cerewet menuangkan segala bentuk unek-unek di Twitter lebih dari 10 juta tweet setiap hari. Di posisi kedua peringkat dunia kota teraktif di Twitter ialah Tokyo. Tidak hanya cerewet, Microsoft menilai, Netizen Indonesia netizen yang kasar.  Publikasi yang mengundang keprihatinan.

Kemajuan teknologi dengan fitur-fitur canggih membuat orang khususnya generasi muda  malas untuk membaca buku.(RRI co.id).   Membaca secara mendalam dengan penuh analisa.  Kita masih merindukan tulisan-tulisan, bahkan buku yang berasal dari kaum muda sebagai produk dari bacaannya.  Hal yang pernah ditunjukkan oleh generasi terdahulu yang menunjukkan ketinggian intelektual dan semangat perjuangan.

Sebuah referensi menyebutkan, Soekarno pernah menelurkan dua jilid buku berjudul Di Bawah Bendera Revolusi, hingga pidato yang menjadi cikal-bakal lahirnya Pancasila. Bung Hatta ,Ia memberikan maskawin berupa buku  yang ditulisnya berjudul Alam Pikiran Yunani kepada istrinya, Rahmi Rahim. Ki Hadjar Dewantara menulis Een voor Allen maar Ook Allen voor Een atau “Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga” dan Als ik een Nederlander was atau ”Seandainya Aku Seorang Belanda”. Ki Hadjar Dewantara juga mempelopori gagasan kemerdekaan berpikir sebagai proses pendidikan.

Mengapa tokoh-tokoh itu sampai bisa menulis, bahkan menulis buku? Mereka memiliki daya baca yang tinggi.  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), daya baca, berarti kemampuan membaca.  Tidak hanya berminat, namun juga memiliki kemampuan untuk menangkap isi bacaan, menganalisa, memahami intisarinya, membandingkan dengan referensi yang lain, bahkan mereproduksinya.  Mereproduksi berarti menuliskan apa yang dipahami dari bacaan, menjadi sebuah tulisan baru, hasil karya pikirannya.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang peradabannya tumbuh ditengah budaya literasi yang tinggi.  Peradaban tidak bisa dibangun tanpa budaya baca, walaupun budaya baca bukan satu-satunya penentu peradaban suatu bangsa(LPMP Jatim).  Membaca dalam artian tidak sekadar membaca melainkan disertai penggalian lebih lanjut serta rekonstruksi keilmuan dari akumulasi berbagai pengetahuan.

KBBI menyebutkan dua makna istilah literasi, yaitu: (1) kemampuan menulis dan membaca; (2) pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu.  Pemerintah sendiri menyebutkan terdapat enam literasi dasar yang perlu dimiliki oleh setiap warga negara, yakni literasi baca-tulis-hitung, literasi sains, literasi teknologi informasi dan komunikasi, literasi keuangan, literasi budaya, dan literasi kewarganegaraan (Jendela Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi VI/Oktober-2016).

Menurut Elizabeth Sulzby(1986) dalam laman unsoer.ac.id, Literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis”.  Dalam literasi lain bahkan dikatakan mendengar aktif, merupakan salah satu dari kemampuan literasi.  Dalam rangka meningkatkan literasi masyarakat, sejak 2016, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah meluncurkan program Gerakan Literasi Nasional yang terdiri dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS), Gerakan Literasi Keluarga, dan Gerakan Literasi Masyarakat.

Fuad Hasan yang pendapatnya senada dengan pandangan Miller dan McKenna (2016) mengenai empat faktor yang dapat memengaruhi terjadinya aktivitas literasi.  Empat hal ini yang perlu ditingkatkan jika ingin angka minat baca sekaligus daya baca meningkat.

Empat dimensi itu adalah; Pertama Proficiency atau kecakapan membaca disertai kegiatan pembinaan dan pembiasaan, hingga menjadi budaya, Kedua Akses terhadap sumber-sumber literasi, Ketiga Alternatif pilihan perangkat bacaan, dan Keempat Lingkungan yang mendukung tumbuhnya habit/kebiasaan membaca, baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat secara umum (Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).

Fenomena yang terjadi pada generasi saat ini, tidak hanya pada rendahnya minat dan daya baca, namun ketergantungan generasi muda ini terhadap kemudahan hidup karena efek Tekhnologi.  Seorang Praktisi Pendidikan, Hadi Kusumah, mengatakan kemudahan layanan karena kemajuan tekhnologi ini, menyebabkan generasi muda menjadi malas bergerak, dan cenderung ingin dilayani.  Hal ini berimbas juga kepada cara mereka menyuarakan aspirasi.

Jika dahulu kita melihat anak muda menyuarakan aspirasi dan heroisme dengan dengan cara turun ke jalan, maka hari-hari terakhir, kita melihat mereka saat ini banyak menyuarakan melalui media sosial saja.   Meme yang diunggah beberapa waktu lalu, bertajuk Jokowi The King of Lip Service, adalah salah satu contoh kritik sosial yang mereka sampaikan, dan sempat menjadi Viral di negeri ini. 

Sebenarnya menyuarakan lewat media sosial menjadi sah-sah saja.  Namun hendaknya disertai juga dengan membaca berbagai referensi mengenai berbagai gerakan.  Menghidupkannya dalam berbagai diskusi, dan mereproduksi hasilnya berupa dokumen tertulis, bahkan buku sebagai buah karyanya. 

Daoed Joesoef, dalam Bukuku Kakiku, 2004 menyatakan bahwa “Demokrasi hanya akan berkembang di suatu masyarakat yang para warganya adalah pembaca, adalah individu-individu yang merasa perlu untuk membaca, bukan sekadar pendengar dan gemar berbicara.”

Belajar dari sejarah, Islam pada saat berjaya, adalah saat dimana umat Islam sangat membudayakan kegiatan literasi (baca-tulis).  Zaman Kejayaan Islam (750 M - 1258 M) adalah masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur dari Dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri. (Wikipedia Indonesia).

Kita semua turut bertanggung jawab untuk mengembalikan minat dan daya baca generasi muda Indonesia, jika bangsa ini ingin menjadi maju, besar, dan disegani bangsa-bangsa di dunia. Maka mari bangkitkan budaya Literasi dalam jiwa-jiwa generasi muda kita.  Sebelum terlambat, dan kehilangan momentum serta potensi bernas mereka. 

 

*Penulis adalah Kepala Inspektorat Yayasan Adzkia Sumbar, Penulis 10 Buku

Galeri Kegiatan

MILAD ADZKIA 31

30 Maret 2019

Haflatul Quran

02 Februari 2019

Manasik Haji Gabungan

08 September 2018

Qurban 1439 H

24 Agustus 2018