Profil Adzkia Sumbar


Yayasan Adzkia Sumatera Barat merupakan lembaga pendidikan islam yang berkantor pusat di Jalan Taratak Paneh No. 7, Kuranji-Padang. Adzkia berdiri pada tahun 1988. Berdirinya Adzkia berawal dari bimbingan belajar Adzkia tahun 1987 yang berpusat di Lolong Padang dan didirikan oleh Prof. Dr. Irwan Prayitno, Dr. Syukri Arief, M. Eng, Mahyeldi Ansharullah, SP dan kawan-kawan.

      Pada tahun 1993 Adzkia mendirikan sebuah Taman Kanak-kanak di daerah Purus. Kemudian lahirlah SD Adzkia yang pertama tahun 1996 terletak di Jalan Taratak Paneh, Kuranji-Padang. Setelah lulusan pertama SD Adzkia tahun 2001, maka pada tahun 2002 didirikanlah SMP IT Adzkia yang juga beralamat di Taratak Paneh. Disamping itu, sejak tahun 1994 Yayasan Adzkia Sumatera Barat juga telah mengelola Perguruan Tinggi yaitu Akademi Pendidikan Islam Adzkia (AKIA) dengan dua program studi yaitu D.II PGTK dan D.II PGSD. Pada tahun 2003 Akademi Pendidikan Islam Adzkia berubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiayah Adzkia (STIT Adzkia). Pada tahun 2009 Yayasan Adzkia Sumatera Barat mengelola Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan dua program studi yaitu; Pendidikan Guru Anak Usia Dini (PG PAUD), dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Perkembangan Lembaga Pendidikan Yayasan Adzkia untuk saat sekarang ini terus berkembang dan meningkat.

 

VISI Adzkia

Lembaga Pendidikan Islam Terpadu dan Sosial Rujukan di Indonesia tahun 2025

 
MISI Adzkia
  1. Menjadikan Adzkia sebagai pusat aktifitas Islam yang strategis, sebagai sarana efektif untuk penyebaran fikrah dan nilai-nilai Islam.
  2. Menjadikan Adzkia sebagai wadah penghimpun SDM dalam rangka berkhidmat untuk kejayaan ummat bangsa dan negara.
  3. Bersama ummat menjalankan, memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai ajaran Islam.
 

      Jumlah guru dan pegawai Yayasan Adzkia Sumatera Barat sudah mencapai ± 400 orang. SDM yang ada di Yayasan Adzkia Sumatera Barat selalu memberikan kontribusi yang baik untuk  semua stake holder yang ada, baik internal, maupun eksternal. Selama ini kegiatan-kegiatan untuk pembinaan sudah banyak dilakukan seperti Dauroh, tasyqif, serta pembinaan-pembinaan lainnya. Begitu juga bentuk pelayanan berupa sarana Penyaluran Minat Bakat Guru, pemberian Tunpres dan reward-reward lainnya.

      Kurikulum yang digunakan di Adzkia sebagian besar memakai KTSP yang dipadukan dengan kurikulum khusus Adzkia dan dilengkapi dengan materi life skill dengan berlandaskan kurikulum berbasis kompetensi yang dapat merangsang enam kecerdasan (Multiple Intel Egences) dan semua pelaksanaan kurikulum tersebut diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam. Lulusan Adzkia telah dibina dan dididik menjadi seseorang yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia yang kreatif, terampil dan inovatif dan mampu berprestasi dibidang akademik maupun non akademik. Serta memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk bersaing dengan sekolah lain dan dunia kerja

 

"Berprestasi Dalam Ridho ALLAH"

Adzkia dikunjungi Yayasan Kemala Bhayangkari Sawahlunto

Yayasan Adzkia Sumatera Barat yang mengelola Layanan Pendidikan mulai dari Tempat Pembinaan Anak (TPA) hingga perguruan tinggi menjadi salah satu destinasi kunjungan edukasi bagi sekolah-sekolah yang ada di wilayah kota Padang, Sumatera Barat, Nasional maupun sekolah-sekolah luar neger. Salah satu tujuan mereka berkunjung ke Adzkia adalah untuk melihat pengelolaan Pendidikan yang ada di Yayasan Adzkia Sumatera Barat yang membawahi unit-unit layanan Pendidikan.

Ny. Nova Purwanto, ketua Yayasan Kemala Bhayangkari Kota Sawah Lunto mengungkap dalam kunjungannya ke Adzkia bahwa kami memilih Adzkia sebagai tempat kunjungan adalah karena Adzkia telah berpengalaman dalam mengelola Pendidikan yang kompleks mulai dari TK hingga perguruan tinggi. Banyak hal yang ingin kami gali dan pelajari dari Adzkia, baik dari pengelolaan dan program-program unggulan. Hari ini kami hadir berjumlah 13 orang yang terdiri dari pengurus Yayasan, pimpinan TK Bhayangkari, guru dan unsur Walimurid. Dengan harapan dari kunjungan ini kami dapat mengembangkan sekolah-sekolah yang kami Kelola di Yayasan Kemala Bhayangkari, ungkap Ny. Nova.

Sementara itu dalam sambutannya, ketua Yayasan Adzkia Sumatera Barat yang diwakili oleh Direktur PSDM dan Sosial Adzkia, Ust. H. Akmal Syafar, LC,MA, menyampai rasa terima kasih kepada rombongan study tiru dari Yayasan Kemala Bhayangkari yang telah memilih Adzkia sebagi tempat kunjungan. Kita berharap kunjungan ini selain sebagai sarana silaturrahim juga bisa sebagai ajang untuk saling berbagi informasi untuk kemajuan Pendidikan di Sumatera Barat dan Indonesia. Adzkia berkomitmen untuk tersu berbenah untuk meningkat kualitas Pendidikan untuk mencerdaskan generasi masa depan, pungkas Ust. Akmal.

Ronika Putra, Koordinator Humas dan Kerjasama Yayasan Adzkia Sumatera Barat menuturkan bahwa kegiatan penerimaan kunjungan study tiru ini merupakan program yang kita rutinkan setiap semesternya. Kita sediakan waktu khusus setiap semesternya untuk sekolah-sekolah atau lembaga untuk berkunjung ke Adzkia untuk melakukan silaturrahim, study tiru maupun melakukan Kerjasama. Kegiatan hari ini kita awali dengan penyambutan, foto bersama, temu ramah, kunjungan ke sekolah serta diskusi, tutur Ronika.

Kegiatan penerimaan kunjungan study tiru dari Yayasan Kemala Bhayangkari Kota Sawahlunto di Yayasan Adzkia Suamtera Barat berjalan lancar sesuai dengan rundown kegiatan yang telah dibuat. Di akhir kegiatan pengurus Yayasan Kemala Bhayangkari yang disampaikan Oleh Ny.Ocha menungkapkan rasa bahagia dengan sambutan dan layanan yang sangat luar biasa dari Adzkia kepada kami. Semoga Allah membalas semua kebaikan bapak/ibu dan kami do’akan semoga Adzkia semakin maju dalam memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak negeri, pungkas Ny. Ocha.

Pemilik Dua Ikat Pinggang

Asma' binti Abu Bakar As-Shidiq Radhiyallahu `anha

(Pemilik dua ikat pinggang)

 

Dia adalah saudara kandung Abdullah bin Abu Bakar. Ibunya bernama Qutayrah binti Abu Uzza dari Banu Amir bin Lu'ai.  Asma' lahir 27 tahun sebelum peristiwa hijrah. Usianya cukup panjang.  Beliau wafat pada tahun 73 Hijriyah. Artinya usia beliau lebih kurang 100 tahun atau satu abad. Dari masa jahiliyyah hingga ke masa pemerintahan Bani Umayyah. 

Sejak awal Islam, Asma' telah banyak membantu perjuangan Nabi shallallahu `alaihi wasallam beserta ayahnya. Ketika Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dan Abu Bakar dikejar-kejar oleh kafir Quraisy dalam peristiwa hijrah, keduanya bersembunyi di gua Tsur. Setiap harinya, Asma' binti Abu Bakar datang ke tempat persembunyian itu untuk membawa makanan dan minuman untuk Nabi shallallahu `alaihi wasallam dan ayahnya. 

Kemudian Nabi shallallahu `alaihi wasallam bersama Abu Bakar ra. meninggalkan gua itu untuk melanjutkan perjalanan. Sedangkan Asma' menyiapkan bungkusan makanan untuk mereka. Dan karena dia tidak menemukan tali untuk mengikat makanan itu pada unta, maka ia membuka tali ikat pinggangnya, lalu disobeknya menjadi dua utas tali, yang satu dijadikan ikat makanan kepada unta, dan yang lainnya diikatkan pada pinggangnya. Dan sejak itulah dia telah dikenal dengan panggilan "Wanita yang memiliki dua ikat pinggang". 

Setelah melayani dan membantu perjuangan Nabi shallallahu `alaihi wasallam ketika hijrah ke Madinah, Asma' segera kembali ke rumahnya. Namun, belum sempat Asma' tiba di rumahnya, beberapa orang kaum Quraisy yang dipimpin Abu Jahal, sudah berada di belakangnya. Asma'

ditanya dengan berbagai pertanyaan, tetapi dia tetap menjawab, "Saya tidak tahu". Hal itu telah membuat Abu Jahal marah, lalu dia menampar Asma' dengan tangannya yang kasar itu. Karena tamparan itu terlalu kuat, sehingga anting-anting Asma' tercabut dari telinganya. Rasa sakit dari tamparan Abu Jahal itu terus terasa oleh Asma' sampai beberapa hari, bahkan dia tidak dapat melupakannya seumur hidupnya. 

Asma' telah memeluk Islam bersama-sama orang-orang yang pertama memeluk Islam diawal masa kenabian. Dia adalah orang yang kedelapan belas dalam urutan orang-orang yang mula-mula masuk Islam.  Asma' menikah dengan Zubair bin Awwam ra. Dan darinya memiliki anak; Abdullah, Urwah, Mundzir, Asim, Muhajir, Khadijah, Ummul Hasan dan 'Aisyah. Suaminya, Zubair kemudian syahid dalam perang jamal. Asma' binti Abu Bakar berkata, "Ketika aku menikah dengan Zubair, dia belum memiliki rumah, juga tidak memiliki budak. Dia tidak memiliki apa-apa di muka bumi ini selain kudanya. Akulah yang biasanya menggembalakan kudanya, memberinya makan, dan merawatnya. Selain itu aku juga yang menggiling bibit kurma, menggembalakan unta, memberinya minum, menambal ember, dan membuat roti. Sebenarnya aku tidak begitu pandai membuat roti, maka tetanggaku orang Anshar yang biasanya membuatkan roti untukku. Mereka adalah wanita-wanita yang ramah".

Pada suatu ketika Asma' merasa Zubair bersikap keras terhadapnya. Lalu Asma' menemui ayahnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan mengeluhkan tentang suaminya. Ayahnya berkata, "Putriku, sabarlah, jika seorang wanita memiliki suami yang shaleh dan dia meninggal, lalu wanita itu tidak menikah setelah itu, mereka akan dipersatukan kembali di surga". 

Asma' binti Abu Bakar pernah datang menemui Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dan berkata, "Ya Nabi Allah, tidak ada apa-apa di rumahku kecuali apa yang dibawakan Zubair untukku, salahkah bila aku menginfakkan sebagian dari yang dibawakannya itu?", Beliau menjawab, "Infakkanlah yang kamu bisa, jangan menimbun harta, atau Allah akan menahannya darimu". 

Kedermawanannya tidak diragukan lagi. Prinsip hidupnya adalah menyedekahkan apa yang ada, tanpa menyimpannya. la sangat menyakini, bahwa dengan memperbanyak sedekah akan menambah rezeki dan menyelesaikan masalah. 

" Asma'pun sering menasehati putra-putri dan keluarganya, "Berinfaklah dan memberilah dan jangan menanti agar uangmu berlebih. jika engkau mengharapkan uangmu berlebih, engkau tidak akan mendapatkannya, jika engkau bersedekah, engkau tidak akan menderita kerugian".

Demikian Islam melekat pada dirinya, sehingga kepada ibu kandungnya pun ia sangat berhati-hati, mengingat ibu kandungnya sendiri belum memeluk Islam. Diriwayatkan bahwa Qutayrah binti Abdul Uzza, yaitu istri Abu Bakar yang telah diceraikan pada zaman jahiliyah karena masih kufur, mengunjungi putrinya Asma' binti Abu Bakar ra. ia membawa kurma dan mentega cair. Tetapi Asma' tidak mau menerima pemberian itu. Bahkan Asma' sempat melarang ibunya itu memasuki rumah. Kemudian Asma' menemui 'Aisyah ra, "Tanyakanlah kepada Rasulullah SAW." Beliau menjawab, "Sebaiknya kamu izinkan ibumu masuk dan menerima pemberiannya."

Kemudian Allah menurunkan wahyu-Nya:

Artinya : "Allah tidak melarangmu untuk berbuat baik, dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.  Sesungguhnya Allah hanya melarangmu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama, dan mengusirmu dari negerimu, dan membantu orang lain dari mengusirmu. Dan barang siapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim". (QS. Al-Mumtahanah: 8-9). 

Ketika usianya bertambah tua, Allah memberinya cobaan, yaitu kedua matanya menjadi buta, sehingga beliau tidak bisa lagi melihat. Kezuhudan dan kecintaannya kepada akherat, telah banyak menjauhkan dirinya dari tipu daya duniawi. Sebelum wafat beliau berwasiat, "Jika aku meninggal dunia, mandikaniah aku dan kafanilah, serta berilah wewangian, tetapi jangan tinggalkan parfum di kain kafanku dan jangan mengikutiku dengan api".

Asma' binti Abu Bakar ra, meninggal dunia beberapa malam setelah putranya Abdullah bin Zubair Terbunuh. Abdullah bin Zubair telah terbunuh pada hari Selasa, 17 Jumadil-Ula tahun 73 Hijriyah.

Beberapa pelajaran dari kisah Asma` binti Abu Bakar

  1. Diantara bentuk keberkahan hidup adalah ketika Allah memberi usia yang panjang dan diisi dengan berbagai amal shaleh.
  2. Orang yang punya sifat dermawan akan selalu berbagi walaupun dalam kondisi yang juga terbatas.

Kematiannya Membuat Para Shahabat Iri

Abdullah Dzul Bijadain

(Kematiannya membuat para shahabat iri)

Telinga kita mungkin tidak akrab dengan nama Abdullah Dzul Bijadain. Namun setelah membaca kisah perjuangan beliau akan muncul kekaguman yang luar biasa. Bahkan shahabat yang lain pun mengirikannya.

Para sahabat adalah generasi terbaik umat ini. Mereka laksana bintang gemintang. Kepada siapa pun kita melihat dari kalangan sahabat, di sana ada cahaya kemuliaan dan keteladanan. Buah dari tarbiyah Rasulullah, sang teladan terbaik di alam semesta.

***

Suatu hari usai shalat Subuh, Rasulullah biasa menyapa para sahabatnya. Dan pagi itu, ada wajah baru di Masjid Nabawi.

“Engkau siapa?” tanya Rasulullah kepada laki-laki yang mengenakan pakaian kasar dan sangat sederhana. Sarung dan bajunya tampak terbuat dari kain yang sama, warnanya juga tak berbeda.

Laki-laki itu kemudian mengisahkan perjalanannya.

“Namaku Abdul Uzza. Aku hidup bersama pamanku di Muzaniyah. Cukup lama aku merahasiakan keislamanku. Hingga kemarin ketika pamanku mengetahui, ia mengusirku. Ia meminta kembali seluruh pemberiannya, bahkan baju yang aku kenakan. Aku serahkan bajuku saat itu juga. Lalu aku pulang ke ibuku dan ia memotong kain kasar ini menjadi dua. Satu untuk sarungku, satu untuk baju.”

“Kalau begitu namamu adalah Abdullah Dzul Bijadain, hamba Allah yang mengenakan dua potong kain kasar.”

***

Hari berganti hari, waktu berjalan cepat hingga tahun pun berganti. Abdullah Dzul Bijadain senantiasa bersemangat mengamalkan dan memperjuangkan Islam. Keterbatasan tak menghalanginya untuk membersamai Rasulullah.

Bersama beberapa sahabat lain, ia menjadi ahlus suffah. Tinggal di Masjid Nabawi karena tak punya rumah. Namun justru dengan cara itulah, Abdullah Dzul Bijadain lebih dekat kepada Rasulullah dan memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar kepada beliau tentang agama ini.

Keterbatasan ekonomi juga tak menyurutkan semangat jihad Abdullah Dzul Bijadain. Dalam setiap kesempatan jihad, ia menginginkan syahid fi sabilillah. Syahid di jalan Allah adalah cita-cita tertingginya. Persis slogan para mujahidin: Asy asyahid fi sabilillah asma amanina.

Menjelang perang Tabuk pada tahun kesembilan hijrah, ia meminta doa Rasulullah. “Ya Rasulullah, doakan aku terbunuh pada perang ini hingga memperoleh mati syahid.”

“Tidak. Engkau tidak akan terbunuh. Tetapi jika engkau sakit demam lantas wafat, engkau mati syahid,” jawab Sang Rasul waktu itu.

Dan benar. Perang Tabuk dimenangkan tanpa pertempuran. Abdullah Dzul Bijadain tidak terbunuh.

Namun ketika hendak kembali ke Madinah, Abdullah Dzul Bijadain demam. Hingga suatu malam, Abdullah bin Mas’ud mendengar ada suara orang menggali tanah. Terlihat cahaya di tempat yang agak jauh dari kemahnya.

Abdullah bin Mas’ud lantas pergi ke sana untuk melihat apa yang gerangan terjadi. Rupanya Rasulullah bersama Abu Bakar dan Umar bin Khaththab  sedang menggali kuburan. Ketika kuburan sudah selesai, lalu Rasulullah sendiri yang langsung meletakkan jenazah tersebut ke liang lahat. Kemudian Rasul berdoa, “Ya Allah, hari ini aku ridha kepadanya, maka ridhailah ia,” Itulah doa istimewa itu keluar dari lisan Rasulullah ketika memakamkan Abdullah Dzul Bijadain.

Sungguh, hal itu adalah akhir kehidupan yang sangat mulia. Dikuburkan dan didoakan langsung oleh Rasulullah untuk mendapatkan ridho dari Allah Ta`ala. Sampai-sampai shahabat yang lain pun iri dengan apa yang diperoleh Abdullah Dzul Bijadain. Seperti yang diungkapkan oleh Abdullah bin Mas’ud, “Seandainya jenazah itu adalah dirik.,”

***

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Abdullah Dzul Bijadain ini:

1. Keimanan adalah nikmat Allah terbesar yang tidak bisa diganti dengan apapun.

Demikian besar tantangan yang dihadapi oleh Abdullah Dzul Bijadain untuk menjadi seorang muslim. Pamannya yang selama ini bersamanya justru menjadi penentang dan meminta seluruh pemberian jika ia masuk Islam. Bahkan pakaian yang ia kenakan pun diminta.

Namun itu tak menyurutkan Abdullah Dzul Bijadain untuk tetap mempertahankan keimanannya. Iman adalah harga mati yang tak boleh ditukar dan dihalangi dengan dunia sebesar apa pun.

Banyak sahabat lain yang mendapatkan hambatan serupa. Mush’ab bin Umair saat masuk Islam diboikot oleh ibunya, seluruh pemberiannya dihentikan, bahkan ia disekap. Namun Mush’ab bin Umair memenangkan iman.

Demikian juga Saad bin Abi Waqash. Saat ibunya tahu ia masuk Islam, sang ibu menentangnya dengan aksi mogok makan. Berharap Saad bin Abi Waqash kasihan lalu kembali menyembah berhala. Namun Saad bin Abi Waqash lebih memilih untuk mempertahankan imannya.

Mungkin ujian yang kita hadapi tak seberat mereka. Namun apa pun ujian itu, iman tak boleh goyah. Jangan sampai mati kecuali dalam kondisi Islam.

??? ???????? ????????? ???????? ???????? ??????? ????? ????????? ????? ?????????? ?????? ?????????? ???????????

“Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam kondisi muslim.” (QS. Ali Imran: 102)

2. Dalam kondisi apapun setiap mukmin tetap bisa berjuang.

Abdullah Dzul Bijadain memiliki banyak keterbatasan. Ia tidak punya rumah, bahkan pakaiannya hanya kain kasar yang dipotong menjadi sarung dan baju. Namun itu tidak menghalanginya dari perjuangan. Tidak menghalanginya dari beramal terbaik untuk Islam. Bahkan ia tetap punya cita-cita yang tinggi yaitu mati syahid di jalan Allah.

Banyak sahabat lain yang juga memiliki keterbatasan. Abu Ayyub Al Anshari, misalnya. Kakinya cacat, namun ia memiliki semangat yang tinggi untuk berjihad hingga syahid dan makamnya di dekat Konstantinopel.

Keterbatasan tidak menghalangi para sahabat dari perjuangan. Seharusnya juga tidak menghalangi kita. Justru dengan berjuang, dengan menolong agama Allah, Allah akan memberikan pertolonganNya kepada kita.

??? ???????? ????????? ??????? ???? ?????????? ??????? ???????????? ??????????? ?????????????

“Hai orang-orang yang beriman jika kalaian menolong agama Allah niscaya Allah akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian.” (QS. Surat Muhammad: 7)

3. Akhirat yang baik adalah orientasi tertinggi

Para sahabat menjadikan akhirat sebagai orientasi tertinggi. Cita-citanya adalah cita-cita akhirat. Itu yang dimiliki Abdullah Dzul Bijadain sehingga bergegas menyambut seruan jihad. Itu yang membuatnya meminta Rasulullah mendoakan agar ia syahid.

Demikian pula Abdullah bin Mas’ud iri kepada Abdullah Dzul Bijadain karena ia mendapatkan ridha Rasulullah dan didoakan mendapat ridha Allah yang pasti diridhaiNya. Abdullah bin Mas’ud tidak pernah iri dalam masalah duniawi, namun ia iri dalam kemuliaan kahirat seperti ini.

Adzkia Adakan User Acceptance Testing dengan Tim Bank Nagari

Adzkia Adakan User Acceptance Testing dengan Tim Bank Nagari

Dalam upaya memastikan semua Sistem untuk PPDB Adzkia T. P. 2025-2026 yang akan dihelat pada tanggal 10 Oktober 2024. Ketua PPDB Adzkia Rinta Dien Masti menuturkan bahwa untuk memastikan layanan pendaftaran untuk walimurid untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah Adzkia. Untuk pendaftaran PPDB tahun ini Adzkia hanya membuka waktu pendaftaran untuk tiga pekan. Pendaftaran peserta didik baru untuk sekolah -Sekolah Adzkia yang di Padang, Bukittinggi dan Payakumbuh.

Dalam kegiatan tersebut Fitri Bahreni kepala Cabang Syariah Bank Nagari Padang mengungkapkan rasa senang dengan kerjasama yang dilakukan bersama Yayasan Adzkia Sumatera Barat. Kami berkomitmen akan terus meningkat pelayanan untuk memberikan layanan terbaik untuk mitra-mitra kami, tutur Reni.

Kegiatan UAT berjalan dengan lancar dengan memastikan sistem PPDB online siap untuk digunakan dan sistem pembayaran uang pendaftaran dan uang sekolah bisa dibayarkan dengan multy payment.
Ronika Putra, Koordinator Humas dan kerjasama Adzkia mengungkap, kegiatan PPDB Adzkia dilaksanakan secara online agar memudahkan walimurid untuk melakukan rangkaian ppdb bersama Yayasan Adzkia Sumatera Barat. Untuk mendapatkan informasi sekaligus melakukan pendaftaran walimurid cukup mengakses website ppdb Adzkia melalui situs ppdb.adzkiasumbar.or.id

Donor Darah Bersama Adzkia: Wujud Nyata Solidaritas Sosial

Taratak Paneh, 8 Oktober 2024

Donor darah adalah salah satu bentuk kepedulian sosial yang memiliki dampak langsung terhadap kehidupan banyak orang. Kegiatan ini tidak hanya membantu menyelamatkan nyawa mereka yang membutuhkan transfusi darah, tetapi juga memperkuat rasa solidaritas dan kebersamaan dalammasyarakat. Donor darah memberikan kesempatan bagi setiap individu untuk berkontribusi dalam kebaikan bersama, sekaligus menjaga kesehatan diri sendiri melalui pemeriksaan kesehatan rutin yang dilakukan sebelum proses donor.

Mengingat begitu pentingnya kegiatan donor darah, Yayasan Adzkia melakukan Kerjasama dengan RSUP Dr. M.Djamil Padang yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 5 Oktober 2024. Koordinator Urusan Humas dan Kerjasama Yayasan Adzkia Sumatera Barat Ronika Putra, M.Pd mengungkapkan bahwa kegiatan donor darah ini adalah kegiatan rutin yang kita laksanakan setiap tahunnya. Tahun ini adalah tahun ketiga kita laksanakan donor darah bekerjasama dengan RSUP Dr .M.Djamil Padang. Alhamdulillah antusias peserta donor yang kita lakukan mendapat sambutan dari masyarakat, ini terbukti dengan banyaknya masyarakat yang ikut mendafatar untuk kegiatan donor darah. Kegiatan donor darah kita buka selain untuk pegawai Adzkia juga kita buka untuk masyarakat umum. Kita berharap dengan adanya kegiatan donor darah ini memberikan penguatan kepada kita bahwa begitu pentingnya rasa solidaritas diantara sesama, pungkas Ronika Putra.

Saswita Kemala Dewi dari Bidang Promkes RSUP Dr. M. Jamil Padang mengungkap rasa senang berkerjasama dengan Adzkia dalam pelaksanaan kegiatan donor darah. Semoga kegiatan donor darah ini bisa kita laksanakan minimal 2 kali dalam satu tahun di Adzkia. Disamping itu Saswita juga menambahkan bahwa kegiatan donor darah ini sangat bermanfaan baik bagi pendonor itu sendiri, apalagi bagi pasien yang membutuhkan. Pada periode ini pendonor yang berhasil melakukan donor darah berjumlah 59 orang, jika dilihat dari pendaftar lebih dari 100 pendaftar, namun karena kendala kesehatan dan halangan pribadi dari peserta sehingga yang memenuhi kriteria 59 pendonor, tutur Saswita.

Kegiatan berlangsung mulai dari pukul 8.00 Wib sampai pukul 12:00 Wib yang bertempat di SDIT Adzkia Padang yang berlokasi di Jalan Taratak Paneh No.7 Kuranji Padang. Setiap pendonor diberikan bingkisan berupa 1 krak telur roti dan susu. Kegiatan berjalan dengan lancar sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Rp

 

DHAMRAH BIN JUNDUB AL-LAITSI (Firman Allah turun terkait kematiannya)

Beliau adalah salah satu shahabat yang mungkin tidak terkenal, namun ia merupakan salah satu shahabat yang istimewa. Dhamrah berasal dari bani Laits yang saat peristiwa hijrah beliau masih berada di Mekah. Hal itu disebabkan usianya yang sudah tua, penglihatan yang sudah tidak terlalu baik, dan sudah sering sakit-sakitan.

Faktor kelemahan fisik ini membuatnya diperbolehkan untuk tidak hijrah saat itu. Namun keinginannya untuk berhijrah tetap kuat. Ia yakin bahwa prinsip yang ia pegang adalah kunci keberhasilan. Ia sudah tidak nyaman tinggal di antara orang-orang musyrik di Mekah. Beliau ingin berkumpul bersama Rasulullah dan para shahabat, serta hidup dengan damai dalam naungan Islam. Hasrat untuk hijrah pun tak bisa dibendung lagi. Tanpa memedulikan keadaan fisiknya, ia meminta kepada anak-anaknya untuk membawanya hijrah ke Madinah.

Anak-anaknya pun memenuhi perintah beliau. Berangkatlah Dhamrah bin Jundub menuju Madinah. Namun atas kuasa Allah, belum separuh jalan, Dhamrah bin Jundub wafat terlebih dahulu sebelum sempat bertemu Rasulullah. Dikabarkan beliau wafat di Tan’im, daerah yang masih berada di Mekah.

Begitu sampai kabar wafatnya kepada Rasulullah dan umat Muslim di Madinah, mereka menyayangkan kabar tersebut, lantaran pahala hijrah Dhamrah belum bisa sempurna karena tidak sampai ke Madinah. Sekiranya Dhamrah bisa sampai ke sana, pahala hijrahnya bisa sempurna. Kemudian turunlah firman Allah yang artinya berikut ini:

Dan barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Annisa ayat 100)

Maka, dengan turunnya ayat tersebut, sempurnalah hijrah Dhamrah bin Jundub beserta pahalanya. Meski ia telah wafat sebelum perjuangannya usai, keberhasilan tetap ia dapatkan. Ia menunjukkan bahwa kuatnya tekad adalah pangkal keberhasilan. Kisah ini diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam kitabnya Mu’jam Kabir al-Thabrani, yang berbunyi sebagai berikut:

“Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: Suatu hari Dhamrah bin Jundub keluar dari rumahnya untuk hijrah, kemudian ia berkata kepada keluarganya, “Bawalah aku, kemudian keluarkanlah aku dari bumi orang-orang musyrik ini (Mekah) menuju Rasulullah saw.” Kemudian ia (Ibnu Abbas) berkata, “Ia (Dhamrah bin Jundub) meninggal di jalan sebelum sampai kepada Rasulullah saw.” Kemudian ia berkata lagi, “Lalu turun firman Allah: Siapa yang keluar dari rumahnya dengan niat berhijrah menuju Allah dan Rasul-Nya (An-Nisa: 100)”

(HR. al-Thabrani, Mu’jam Kabir al-Thabrani, Juz 11 halaman 272 no. 11709)

Allah swt. Maha Pengampun dan Maha Penyayang terhadap hamba-Nya yang teguh dalam melaksanakan perintah-Nya. Begitu besar kegigihan dan ketulusan Dhamrah, sehingga kisahnya pun diabadikan di dalam Alquran, serta perjuangan hijrahnya pun disempurnakan oleh Allah.

Dengan demikian, Dhamrah bin Jundub menjadi kenangan perjuangan dakwah Islam kala itu, dan menjadi teladan dalam hal keteguhan hati untuk terus melangkah di jalan Allah dan Rasul-Nya. Wallahu a’lam

 

Beberapa pelajaran dari kisah shahabat ini:

  1. Mukmin yang jujur dalam keimanannya selalu berusaha untuk mengalahkan rintangan yang menghalangi jalannya menuju ridho Allah dan Rasul-Nya.
  2. Tawakkal bukan berarti menyerah kepada keadaan. Tetapi tawakkal harus dimulai dari usaha dan perjuangan yang maksimal.
  3. Allah tidak hanya melihat hasil, tetapi juga melihat dan menilai proses dan ikhtiyar yang dilakukan. Bahkan nilai proses ini bisa menyamai nilai hasil jika benar-benar diniatkan karena Allah.

Galeri Kegiatan

MILAD ADZKIA 31

30 Maret 2019

Haflatul Quran

02 Februari 2019

Manasik Haji Gabungan

08 September 2018

Qurban 1439 H

24 Agustus 2018