Kategori: Berita

Tingkatkan Kompetensi, Tim Humas Ikuti Pelatihan Photography bersama Photografer Beijing

Padang, 7 Desember 2024 – Dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam mengelola dokumentasi kegiatan dan publikasi, Tim Humas Yayasan Adzkia Sumatera Barat mengikuti pelatihan Photography yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 7 Desember 2024 yang bertempat di ruang Pelatihan Universitas Adzkia. Kegiatan pelatihan ini diselengggarakan Oleh Urusan Diklat Yayasan Adzkia Sumatera Barat.

Pelatihan ini diikuti oleh Koordinator Bidang Humas Sekolah-sekolah dan utusan direktorat di lingkungan Yayasan Adzkia Sumatera Barat. Pelatihan ini bertujuan untuk membekali peserta dengan keterampilan teknis dan artistik dalam mengambil gambar, baik untuk kebutuhan dokumentasi internal maupun publikasi eksternal.

Instruktur pelatihan ada Syaiful Bahri, SM. Syaiful Bahri adalah seorang fhotografer berpengalaman dan pernah diundang oleh pemerintah Beijing untuk bersama fhotografer-fhotografer profesional perwakilan berbagai negara. Materi yang disampaikan dalam pelatihan adalah tentang tentang dasar-dasar Photography, penggunaan kamera DSLR dan smartphone, teknik pencahayaan, komposisi, serta editing foto. Peserta juga berkesempatan untuk mempraktikkan langsung ilmu yang telah disampaikan melalui sesi praktik di lapangan, dan hasil foto peserta langsung direview secara bersama.

“Kemampuan Photography yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas konten publikasi, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan lebih efektif oleh masyarakat,” ujar Syaiful Bahri yang sehari-hari sebagai pengelola pengembangan usaha di Yayasan Adzkia Sumatera Barat.

Peserta terlihat antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, terutama saat sesi praktik di mana mereka dapat mencoba teknik-teknik baru dalam pengambilan gambar.

Semoga pelatihan ini sangat bermanfaat bagi kami untuk menghasilkan dokumentasi yang lebih menarik dan profesional, ungkap Syaiful di penghujung pelatihan.

RP.

Pengumuman Kelulusan PPDB Adzkia Sumbar

PENGUMUMAN KELULUSAN PPDB ADZKIA SUMBAR 2025/2026.

Ayah Bunda yang di rahmati Allah SWT...

Alhamdulillah rangkaian PPDB Adzkia Sumbar TKIT Adzkia III Padang, SDIT Adzkia 1 Padang, SDIT Adzkia 2 Padang, SDIT Adzkia 3 Padang & SMPIT Adzkia Padang sudah selesai.

Selamat Kepada Ananda yang Telah Diterima, Semoga Kelak menjadi Insan yang Terbaik Harapan Bangsa dan Orang tua.

Cek informasi ppdb.adzkiasumbar.or.id di akun login masing masing yah Ayah Bunda.

Syukron jazakumullah khairan katsiran

Adzkia dikunjungi Yayasan Kemala Bhayangkari Sawahlunto

Yayasan Adzkia Sumatera Barat yang mengelola Layanan Pendidikan mulai dari Tempat Pembinaan Anak (TPA) hingga perguruan tinggi menjadi salah satu destinasi kunjungan edukasi bagi sekolah-sekolah yang ada di wilayah kota Padang, Sumatera Barat, Nasional maupun sekolah-sekolah luar neger. Salah satu tujuan mereka berkunjung ke Adzkia adalah untuk melihat pengelolaan Pendidikan yang ada di Yayasan Adzkia Sumatera Barat yang membawahi unit-unit layanan Pendidikan.

Ny. Nova Purwanto, ketua Yayasan Kemala Bhayangkari Kota Sawah Lunto mengungkap dalam kunjungannya ke Adzkia bahwa kami memilih Adzkia sebagai tempat kunjungan adalah karena Adzkia telah berpengalaman dalam mengelola Pendidikan yang kompleks mulai dari TK hingga perguruan tinggi. Banyak hal yang ingin kami gali dan pelajari dari Adzkia, baik dari pengelolaan dan program-program unggulan. Hari ini kami hadir berjumlah 13 orang yang terdiri dari pengurus Yayasan, pimpinan TK Bhayangkari, guru dan unsur Walimurid. Dengan harapan dari kunjungan ini kami dapat mengembangkan sekolah-sekolah yang kami Kelola di Yayasan Kemala Bhayangkari, ungkap Ny. Nova.

Sementara itu dalam sambutannya, ketua Yayasan Adzkia Sumatera Barat yang diwakili oleh Direktur PSDM dan Sosial Adzkia, Ust. H. Akmal Syafar, LC,MA, menyampai rasa terima kasih kepada rombongan study tiru dari Yayasan Kemala Bhayangkari yang telah memilih Adzkia sebagi tempat kunjungan. Kita berharap kunjungan ini selain sebagai sarana silaturrahim juga bisa sebagai ajang untuk saling berbagi informasi untuk kemajuan Pendidikan di Sumatera Barat dan Indonesia. Adzkia berkomitmen untuk tersu berbenah untuk meningkat kualitas Pendidikan untuk mencerdaskan generasi masa depan, pungkas Ust. Akmal.

Ronika Putra, Koordinator Humas dan Kerjasama Yayasan Adzkia Sumatera Barat menuturkan bahwa kegiatan penerimaan kunjungan study tiru ini merupakan program yang kita rutinkan setiap semesternya. Kita sediakan waktu khusus setiap semesternya untuk sekolah-sekolah atau lembaga untuk berkunjung ke Adzkia untuk melakukan silaturrahim, study tiru maupun melakukan Kerjasama. Kegiatan hari ini kita awali dengan penyambutan, foto bersama, temu ramah, kunjungan ke sekolah serta diskusi, tutur Ronika.

Kegiatan penerimaan kunjungan study tiru dari Yayasan Kemala Bhayangkari Kota Sawahlunto di Yayasan Adzkia Suamtera Barat berjalan lancar sesuai dengan rundown kegiatan yang telah dibuat. Di akhir kegiatan pengurus Yayasan Kemala Bhayangkari yang disampaikan Oleh Ny.Ocha menungkapkan rasa bahagia dengan sambutan dan layanan yang sangat luar biasa dari Adzkia kepada kami. Semoga Allah membalas semua kebaikan bapak/ibu dan kami do’akan semoga Adzkia semakin maju dalam memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak negeri, pungkas Ny. Ocha.

Pemilik Dua Ikat Pinggang

Asma' binti Abu Bakar As-Shidiq Radhiyallahu `anha

(Pemilik dua ikat pinggang)

 

Dia adalah saudara kandung Abdullah bin Abu Bakar. Ibunya bernama Qutayrah binti Abu Uzza dari Banu Amir bin Lu'ai.  Asma' lahir 27 tahun sebelum peristiwa hijrah. Usianya cukup panjang.  Beliau wafat pada tahun 73 Hijriyah. Artinya usia beliau lebih kurang 100 tahun atau satu abad. Dari masa jahiliyyah hingga ke masa pemerintahan Bani Umayyah. 

Sejak awal Islam, Asma' telah banyak membantu perjuangan Nabi shallallahu `alaihi wasallam beserta ayahnya. Ketika Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dan Abu Bakar dikejar-kejar oleh kafir Quraisy dalam peristiwa hijrah, keduanya bersembunyi di gua Tsur. Setiap harinya, Asma' binti Abu Bakar datang ke tempat persembunyian itu untuk membawa makanan dan minuman untuk Nabi shallallahu `alaihi wasallam dan ayahnya. 

Kemudian Nabi shallallahu `alaihi wasallam bersama Abu Bakar ra. meninggalkan gua itu untuk melanjutkan perjalanan. Sedangkan Asma' menyiapkan bungkusan makanan untuk mereka. Dan karena dia tidak menemukan tali untuk mengikat makanan itu pada unta, maka ia membuka tali ikat pinggangnya, lalu disobeknya menjadi dua utas tali, yang satu dijadikan ikat makanan kepada unta, dan yang lainnya diikatkan pada pinggangnya. Dan sejak itulah dia telah dikenal dengan panggilan "Wanita yang memiliki dua ikat pinggang". 

Setelah melayani dan membantu perjuangan Nabi shallallahu `alaihi wasallam ketika hijrah ke Madinah, Asma' segera kembali ke rumahnya. Namun, belum sempat Asma' tiba di rumahnya, beberapa orang kaum Quraisy yang dipimpin Abu Jahal, sudah berada di belakangnya. Asma'

ditanya dengan berbagai pertanyaan, tetapi dia tetap menjawab, "Saya tidak tahu". Hal itu telah membuat Abu Jahal marah, lalu dia menampar Asma' dengan tangannya yang kasar itu. Karena tamparan itu terlalu kuat, sehingga anting-anting Asma' tercabut dari telinganya. Rasa sakit dari tamparan Abu Jahal itu terus terasa oleh Asma' sampai beberapa hari, bahkan dia tidak dapat melupakannya seumur hidupnya. 

Asma' telah memeluk Islam bersama-sama orang-orang yang pertama memeluk Islam diawal masa kenabian. Dia adalah orang yang kedelapan belas dalam urutan orang-orang yang mula-mula masuk Islam.  Asma' menikah dengan Zubair bin Awwam ra. Dan darinya memiliki anak; Abdullah, Urwah, Mundzir, Asim, Muhajir, Khadijah, Ummul Hasan dan 'Aisyah. Suaminya, Zubair kemudian syahid dalam perang jamal. Asma' binti Abu Bakar berkata, "Ketika aku menikah dengan Zubair, dia belum memiliki rumah, juga tidak memiliki budak. Dia tidak memiliki apa-apa di muka bumi ini selain kudanya. Akulah yang biasanya menggembalakan kudanya, memberinya makan, dan merawatnya. Selain itu aku juga yang menggiling bibit kurma, menggembalakan unta, memberinya minum, menambal ember, dan membuat roti. Sebenarnya aku tidak begitu pandai membuat roti, maka tetanggaku orang Anshar yang biasanya membuatkan roti untukku. Mereka adalah wanita-wanita yang ramah".

Pada suatu ketika Asma' merasa Zubair bersikap keras terhadapnya. Lalu Asma' menemui ayahnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan mengeluhkan tentang suaminya. Ayahnya berkata, "Putriku, sabarlah, jika seorang wanita memiliki suami yang shaleh dan dia meninggal, lalu wanita itu tidak menikah setelah itu, mereka akan dipersatukan kembali di surga". 

Asma' binti Abu Bakar pernah datang menemui Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dan berkata, "Ya Nabi Allah, tidak ada apa-apa di rumahku kecuali apa yang dibawakan Zubair untukku, salahkah bila aku menginfakkan sebagian dari yang dibawakannya itu?", Beliau menjawab, "Infakkanlah yang kamu bisa, jangan menimbun harta, atau Allah akan menahannya darimu". 

Kedermawanannya tidak diragukan lagi. Prinsip hidupnya adalah menyedekahkan apa yang ada, tanpa menyimpannya. la sangat menyakini, bahwa dengan memperbanyak sedekah akan menambah rezeki dan menyelesaikan masalah. 

" Asma'pun sering menasehati putra-putri dan keluarganya, "Berinfaklah dan memberilah dan jangan menanti agar uangmu berlebih. jika engkau mengharapkan uangmu berlebih, engkau tidak akan mendapatkannya, jika engkau bersedekah, engkau tidak akan menderita kerugian".

Demikian Islam melekat pada dirinya, sehingga kepada ibu kandungnya pun ia sangat berhati-hati, mengingat ibu kandungnya sendiri belum memeluk Islam. Diriwayatkan bahwa Qutayrah binti Abdul Uzza, yaitu istri Abu Bakar yang telah diceraikan pada zaman jahiliyah karena masih kufur, mengunjungi putrinya Asma' binti Abu Bakar ra. ia membawa kurma dan mentega cair. Tetapi Asma' tidak mau menerima pemberian itu. Bahkan Asma' sempat melarang ibunya itu memasuki rumah. Kemudian Asma' menemui 'Aisyah ra, "Tanyakanlah kepada Rasulullah SAW." Beliau menjawab, "Sebaiknya kamu izinkan ibumu masuk dan menerima pemberiannya."

Kemudian Allah menurunkan wahyu-Nya:

Artinya : "Allah tidak melarangmu untuk berbuat baik, dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.  Sesungguhnya Allah hanya melarangmu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama, dan mengusirmu dari negerimu, dan membantu orang lain dari mengusirmu. Dan barang siapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim". (QS. Al-Mumtahanah: 8-9). 

Ketika usianya bertambah tua, Allah memberinya cobaan, yaitu kedua matanya menjadi buta, sehingga beliau tidak bisa lagi melihat. Kezuhudan dan kecintaannya kepada akherat, telah banyak menjauhkan dirinya dari tipu daya duniawi. Sebelum wafat beliau berwasiat, "Jika aku meninggal dunia, mandikaniah aku dan kafanilah, serta berilah wewangian, tetapi jangan tinggalkan parfum di kain kafanku dan jangan mengikutiku dengan api".

Asma' binti Abu Bakar ra, meninggal dunia beberapa malam setelah putranya Abdullah bin Zubair Terbunuh. Abdullah bin Zubair telah terbunuh pada hari Selasa, 17 Jumadil-Ula tahun 73 Hijriyah.

Beberapa pelajaran dari kisah Asma` binti Abu Bakar

  1. Diantara bentuk keberkahan hidup adalah ketika Allah memberi usia yang panjang dan diisi dengan berbagai amal shaleh.
  2. Orang yang punya sifat dermawan akan selalu berbagi walaupun dalam kondisi yang juga terbatas.

Kematiannya Membuat Para Shahabat Iri

Abdullah Dzul Bijadain

(Kematiannya membuat para shahabat iri)

Telinga kita mungkin tidak akrab dengan nama Abdullah Dzul Bijadain. Namun setelah membaca kisah perjuangan beliau akan muncul kekaguman yang luar biasa. Bahkan shahabat yang lain pun mengirikannya.

Para sahabat adalah generasi terbaik umat ini. Mereka laksana bintang gemintang. Kepada siapa pun kita melihat dari kalangan sahabat, di sana ada cahaya kemuliaan dan keteladanan. Buah dari tarbiyah Rasulullah, sang teladan terbaik di alam semesta.

***

Suatu hari usai shalat Subuh, Rasulullah biasa menyapa para sahabatnya. Dan pagi itu, ada wajah baru di Masjid Nabawi.

“Engkau siapa?” tanya Rasulullah kepada laki-laki yang mengenakan pakaian kasar dan sangat sederhana. Sarung dan bajunya tampak terbuat dari kain yang sama, warnanya juga tak berbeda.

Laki-laki itu kemudian mengisahkan perjalanannya.

“Namaku Abdul Uzza. Aku hidup bersama pamanku di Muzaniyah. Cukup lama aku merahasiakan keislamanku. Hingga kemarin ketika pamanku mengetahui, ia mengusirku. Ia meminta kembali seluruh pemberiannya, bahkan baju yang aku kenakan. Aku serahkan bajuku saat itu juga. Lalu aku pulang ke ibuku dan ia memotong kain kasar ini menjadi dua. Satu untuk sarungku, satu untuk baju.”

“Kalau begitu namamu adalah Abdullah Dzul Bijadain, hamba Allah yang mengenakan dua potong kain kasar.”

***

Hari berganti hari, waktu berjalan cepat hingga tahun pun berganti. Abdullah Dzul Bijadain senantiasa bersemangat mengamalkan dan memperjuangkan Islam. Keterbatasan tak menghalanginya untuk membersamai Rasulullah.

Bersama beberapa sahabat lain, ia menjadi ahlus suffah. Tinggal di Masjid Nabawi karena tak punya rumah. Namun justru dengan cara itulah, Abdullah Dzul Bijadain lebih dekat kepada Rasulullah dan memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar kepada beliau tentang agama ini.

Keterbatasan ekonomi juga tak menyurutkan semangat jihad Abdullah Dzul Bijadain. Dalam setiap kesempatan jihad, ia menginginkan syahid fi sabilillah. Syahid di jalan Allah adalah cita-cita tertingginya. Persis slogan para mujahidin: Asy asyahid fi sabilillah asma amanina.

Menjelang perang Tabuk pada tahun kesembilan hijrah, ia meminta doa Rasulullah. “Ya Rasulullah, doakan aku terbunuh pada perang ini hingga memperoleh mati syahid.”

“Tidak. Engkau tidak akan terbunuh. Tetapi jika engkau sakit demam lantas wafat, engkau mati syahid,” jawab Sang Rasul waktu itu.

Dan benar. Perang Tabuk dimenangkan tanpa pertempuran. Abdullah Dzul Bijadain tidak terbunuh.

Namun ketika hendak kembali ke Madinah, Abdullah Dzul Bijadain demam. Hingga suatu malam, Abdullah bin Mas’ud mendengar ada suara orang menggali tanah. Terlihat cahaya di tempat yang agak jauh dari kemahnya.

Abdullah bin Mas’ud lantas pergi ke sana untuk melihat apa yang gerangan terjadi. Rupanya Rasulullah bersama Abu Bakar dan Umar bin Khaththab  sedang menggali kuburan. Ketika kuburan sudah selesai, lalu Rasulullah sendiri yang langsung meletakkan jenazah tersebut ke liang lahat. Kemudian Rasul berdoa, “Ya Allah, hari ini aku ridha kepadanya, maka ridhailah ia,” Itulah doa istimewa itu keluar dari lisan Rasulullah ketika memakamkan Abdullah Dzul Bijadain.

Sungguh, hal itu adalah akhir kehidupan yang sangat mulia. Dikuburkan dan didoakan langsung oleh Rasulullah untuk mendapatkan ridho dari Allah Ta`ala. Sampai-sampai shahabat yang lain pun iri dengan apa yang diperoleh Abdullah Dzul Bijadain. Seperti yang diungkapkan oleh Abdullah bin Mas’ud, “Seandainya jenazah itu adalah dirik.,”

***

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Abdullah Dzul Bijadain ini:

1. Keimanan adalah nikmat Allah terbesar yang tidak bisa diganti dengan apapun.

Demikian besar tantangan yang dihadapi oleh Abdullah Dzul Bijadain untuk menjadi seorang muslim. Pamannya yang selama ini bersamanya justru menjadi penentang dan meminta seluruh pemberian jika ia masuk Islam. Bahkan pakaian yang ia kenakan pun diminta.

Namun itu tak menyurutkan Abdullah Dzul Bijadain untuk tetap mempertahankan keimanannya. Iman adalah harga mati yang tak boleh ditukar dan dihalangi dengan dunia sebesar apa pun.

Banyak sahabat lain yang mendapatkan hambatan serupa. Mush’ab bin Umair saat masuk Islam diboikot oleh ibunya, seluruh pemberiannya dihentikan, bahkan ia disekap. Namun Mush’ab bin Umair memenangkan iman.

Demikian juga Saad bin Abi Waqash. Saat ibunya tahu ia masuk Islam, sang ibu menentangnya dengan aksi mogok makan. Berharap Saad bin Abi Waqash kasihan lalu kembali menyembah berhala. Namun Saad bin Abi Waqash lebih memilih untuk mempertahankan imannya.

Mungkin ujian yang kita hadapi tak seberat mereka. Namun apa pun ujian itu, iman tak boleh goyah. Jangan sampai mati kecuali dalam kondisi Islam.

??? ???????? ????????? ???????? ???????? ??????? ????? ????????? ????? ?????????? ?????? ?????????? ???????????

“Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam kondisi muslim.” (QS. Ali Imran: 102)

2. Dalam kondisi apapun setiap mukmin tetap bisa berjuang.

Abdullah Dzul Bijadain memiliki banyak keterbatasan. Ia tidak punya rumah, bahkan pakaiannya hanya kain kasar yang dipotong menjadi sarung dan baju. Namun itu tidak menghalanginya dari perjuangan. Tidak menghalanginya dari beramal terbaik untuk Islam. Bahkan ia tetap punya cita-cita yang tinggi yaitu mati syahid di jalan Allah.

Banyak sahabat lain yang juga memiliki keterbatasan. Abu Ayyub Al Anshari, misalnya. Kakinya cacat, namun ia memiliki semangat yang tinggi untuk berjihad hingga syahid dan makamnya di dekat Konstantinopel.

Keterbatasan tidak menghalangi para sahabat dari perjuangan. Seharusnya juga tidak menghalangi kita. Justru dengan berjuang, dengan menolong agama Allah, Allah akan memberikan pertolonganNya kepada kita.

??? ???????? ????????? ??????? ???? ?????????? ??????? ???????????? ??????????? ?????????????

“Hai orang-orang yang beriman jika kalaian menolong agama Allah niscaya Allah akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian.” (QS. Surat Muhammad: 7)

3. Akhirat yang baik adalah orientasi tertinggi

Para sahabat menjadikan akhirat sebagai orientasi tertinggi. Cita-citanya adalah cita-cita akhirat. Itu yang dimiliki Abdullah Dzul Bijadain sehingga bergegas menyambut seruan jihad. Itu yang membuatnya meminta Rasulullah mendoakan agar ia syahid.

Demikian pula Abdullah bin Mas’ud iri kepada Abdullah Dzul Bijadain karena ia mendapatkan ridha Rasulullah dan didoakan mendapat ridha Allah yang pasti diridhaiNya. Abdullah bin Mas’ud tidak pernah iri dalam masalah duniawi, namun ia iri dalam kemuliaan kahirat seperti ini.

Galeri Kegiatan

MILAD ADZKIA 31

30 Maret 2019

Haflatul Quran

02 Februari 2019

Manasik Haji Gabungan

08 September 2018

Qurban 1439 H

24 Agustus 2018